Langsung ke konten utama

HAL PENTING MEMAKAI JILBAB


Jilbab atau hijab secara syari’at merupakan bagian pakaian yang wajib digunakan untuk menutupi aurat wanita.



Dalilnya adalah:

“…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…” [QS. An-Nuur 24:31]

Dari ayat ini maka para wanita Muslimah perlu memperhatikan apa yang ia pakai. Apakah benar-benar hijab yang sesuai hukum Allah, ataukah hanya kain yang dihias-hias oleh tukang salon. Ingat, hijab bukanlah mode yang bertujuan membuat wanita lebih cantik, justru hijab dipakai agar wanita terlindungi dari fitnah. Itulah salah satu tujuan syari’at.

Dalilnya ialah:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59).

Imam Hakim meriwayatkan sebuah hadis yang menggambarkan saat-saat setelah turunnya ayat perintah menutup aurat, yaitu Surat Annur ayat 31:

(dan hendaklah mereka menutupkan khumur- jilbab- nya ke dada mereka…). Riwayat lain menerangkan: “Wanita-wanita (ketika turun ayat tersebut) segera mengambil kain sarung mereka, kemudian merobek sisinya dan memakainya sebagai jilbab.” (HR. Hakim).

Imam Bukhari juga meriwayatkan hal senada:

“Bahwasannya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Berkata: “Ketika turun ayat (dan hendaklah mereka menutupkan “khumur” –jilbab- nya ke dada mereka…) maka para wanita segera mengambil kain sarung, kemudian merobek sisinya dan memakainya sebagai jilbab.” (HR. Bukhari).

Dari kedua hadits di atas terdapat empat poin:

1. Para wanita Arab di zaman Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam belum memakai hijab sehingga ketika turunnya ayat tersebut, mereka langsung mengambil kain sarung dan menggunakannya sebagai hijab. Hadits ini sekaligus menjawab perkataan orang-orang Jahil bahwa jilbab hanya tradisi orang Arab.
2. Seandainya para wanita Arab sudah memakai penutup kepala, maka bisa dipastikan bahwa yang mereka pakai hanyalah kain yang menutup kepala, bukan hijab yang sesuai syar’i.
3. Terdapat semangat di dalam diri para wanita pada zaman itu untuk tunduk dan patuh kepada apa yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya. Terbukti dengan mereka langsung membuat hijab dari potongan kain sarung. Mereka tidak punya waktu untuk memodifikasinya karena memang hal tersebut adalah langsung dari Allah. Ingat, Allah tidak melihat keindahan jilbabmu, tapi Dia melihat bagaimana kamu dengan jilbabmu yang lebar itu bisa menepis fitnah untuk lelaki dan bagaimana kamu mejalankan syari’at.
4. Di antara para wanita di zaman Rasulullah tersebut tentu ada yang baru masuk Islam atau ahli maksiat. Namun, setelah turunnya ayat kewajiban hijab, maka mereka langsung melakukannya. Tak ada wanita yang beralasan seperti wanita di zaman sekarang yang menolak hijab dengan alasan: “Aku belum siap”, atau “Jilbab hanya untuk wanita sholehah”.
AKU BELUM SIAP

Di antara alasan-alasan umum yang dikemukakan wanita Muslimah yang belum berjilbab ialah: “Aku belum siap”. Jika kita cermati, alasan ini kurang bisa diterima dari segi akal maupun dalil dengan sebab sebagai berikut:

1. Ini bisa kita analogikan sebagai berikut: Ketika kita mengajak seseorang untuk sholat wajib lima waktu, kemudian orang itu menolak dengan alasan: “Aku belum mau sholat lima waktu karena belum siap.” Padahal kewajiban memakai jilbab lebih mudah daripada sholat, yang kamu butuhkan hanya jilbab yang cukup hingga menutup dada, rok panjang dan lebar, dan baju yang agak panjang dan tidak ketat. Kalau mau yang lebih efektif bisa memakai pakaian sejenis daster dimana baju dan roknya menyatu. Memakai jilbab tidak seperti orang naik haji, atau membayar zakat, atau menyembelih kambing yang dibutuhkan kemampuan, sehingga alasan: “Aku belum siap” bukanlah udzur dan tidak ada keringanan.
2. Kita tanyakan kepada wanita yang beralasan “Aku belum siap”: “Kapankah kamu siap? Bisa jadi kamu mati dalam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA MENUMBUHKAN KREATIVITAS PADA KEHIDUPAN MASA REMAJA

WEB SAYA  Cara Menjadi Kreatif Kreativitas adalah potensi yang bisa dikembangkan dengan menyediakan waktu, tenaga, dan tekun berlatih. Anda bisa berfokus pada berbagai bidang untuk mengembangkan dan mengasah kreativitas, misalnya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan musik. Carilah informasi sebanyak mungkin dan bersikaplah terbuka terhadap berbagai ide dan pengalaman baru. Ubahlah pola hidup dengan membentuk kebiasaan positif, misalnya: lebih sering  berjalan kaki ,  berolahraga  teratur, dan  tidur malam  yang cukup agar otak memperoleh asupan energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kreativitas. Metode 1 dari 3: Melakukan Aktivitas Kreatif untuk Menantang Diri Sendiri 1 Lakukan “ Thirty Circle Test ”.  Isilah waktu istirahat di kantor atau sekolah dengan membuat 30 lingkaran bergambar untuk meningkatkan kemampuan berpikir cepat dan kreatif. Mulailah mengerjakan tes ini dengan membuat 30 lingkaran lalu isilah sebanyak mungkin lingkaran dengan gambar dala

CARA MENJAGA POLA HIDUP SEHAT

1. Ketahui kondisi kesehatan diri sendiri saat ini Survei membuktikan hampir 70 % lebih orang akan mengubah pola hidupnya setelah mengalami sakit. Apakah kamu juga demikian? Ini langkah yang salah dan harus kamu hindari mulai detik ini. Memeriksakan diri sebelum sakit tidak hanya berguna untuk memantau kesehatan saja. Tetapi, juga berguna supaya dokter bisa menangani penyakit tertentu yang mungkin akan membahayakan diri kamu di kemudian hari nanti. Oleh sebab itu, luangkahlah waktu secara berkala untuk konsultasi ke dokter. 2. Lakukan kegiatan fisik (olahraga) Apakah kamu sering berolahraga? Atau justru aktivitas sehari-harimu didominasi dengan duduk mengetik di depan komputer sepanjang hari tanpa aktivitas fisik? Para pakar kesehatan merekomendasikan agar kamu melakukan aktivitas fisik minimal 75 menit tiap minggunya dan mengencangkan otot setidaknya dua hari selama sepekan. Ada banyak jenis olahraga yang bisa membantumu menjaga kesehatan tubuh. Misalnya seperti jogging